Kamis, 17 November 2016

Ranu Kumbolo

memaksa mu berjalan jauh untuk membuatmu mengerti betapa senangnya berproses menuju keindahan
bersama teman sepermainan ku berjalan menghabiskan tenaga dan bekal perjalanan
memaksamu merasakan lelah akan perjalanan yang disengaja bukan karna takdir tuhan
mejabat lembut tanganmu dan mengajakmu berjalan disetiap pemberhentian yang kau sengaja
karna aku tau matahari tidak punya waktu untuk berhenti
saat itu kabut gunung sudah mulai turun bahkan mengalahkan pekaknya asap rokok dalam tangan
perjalanan masih panjang maaf sayang tidak ada waktu untuk menikmati secangkir teh panas
mari kita lanjutkan perjalanan
perjalanan ini akan membuatmu tidak akan berfikir untuk pulang karna di ujung jalan akan kita temukan keindahan
keindahan yang akan mempenjarakan kita dalam hegimoni alam
berjalan dengan santai hingga saat dimana mata kita akan membayar semua kelelahan yang dirasakan
kini kamu sudah melihat dengan matamu sendiri disaat embun menjadi cristal es batu
bagaiaman sayang hangatnya dingin malam itu memelukmu dengan mesra
aku rasa kamu akan rindu hal itu
inilah duniamu sayang
dunia penuh dengan teka teki alam
yang tinggi sudah kau daki mari
sudah saatnya kita berkemas pulang membawa cerita untuk teman sepermainan

Pendaki Pantai

saat itu aku mendengarkan kicauan manis burung emas
dia berbicara akan indahnya pantai, dia berbicara bahwa dia sedang rindu
semantara itu raga asik bermain dalam tanjakan kegengsian untuk sebuah publikasi tanpa memikirkan apa kata hati
mendengar suara ombak memanggil dari atas ketinggian permukaan laut
ombak berbisik "apa kau tidak rindu akan suara merduku menghatam karang" hanya bisa diam dan menatap burung emas
kumenatap keras kerinduan burung emas akan indahnya pasir putih dibibir pantai
dalam hati berkata "ku tunggu kau di pintu yakin" mulut terbungkam mempenjarakan kata "suatu nanti akan ku bawa dirimu berlari. berdansa dengan pasir putih dan bernyanyi dengan suara ombak maka ku tunggu kau di depan pintu yakin.