Minggu, 05 Juni 2016

Menjual Nada

Bermodalkan pengetahuan akan hafalan lagu sederhana yang sering dinyayikan, aku berjalan menyusuri lorong lorong sempit menuju target operasi, berjalan menyusuri pintu-pintu warga yang terbuka dengan harapan ada penghuninya, dibuka dengan nada khas "permisi", aku mulai bernyanyi di iringi suara gitar dan jimbe (alat musik yang dipukul), bernyayi melupakan apa itu malu, putus urat malu bernyanyi dengan nada pas-pasan tapi aku beranggapan bahwa ini adalah ajang latihan, tak peduli orang suka apa tidak akan nada sumbang yang keluar bebas seperti nafas manusia, recehan demi recehan mereka lemparkan, ada yang suka ada yang terganggu dengan kedatangan kelompok musik jalanan, namun kembali pada pribadi, ikhlas apa tidak recehan adalah hasil akhirnya, langkah terus berjalan, pintu demi pintu terbunuh dengan nada sumbang, ada pula yang sudah mempersiapkan pertahanan dengan menutup pintu sebelum musisi menghampiri rumah mereka, namun kadang juga aku seperti artis yang dikerubuti anak-anak kecil, membantu dengan tepuk tangan, mereka menemaniku, senyum manis tuan rumah dengan menyodorkan tangan kangan adalah harapan semua musisi jalanan, dan rumah bisu adalah rumah yang tidak semua musisi harapkan, menghabiskan satu lagu namun tidak ada penghuni didalamnya, hanya senyum temankulah bayarannya, lorong sempit semakin sempit, matahari melihatkan dirinya sudah lelah, secara perlahan akan tergelincir digantikan rembulan, kaki terus melangkah, memperkosa waktu dengan recehan dan keringat juga lutut yang gemetaran, kita pun sudah dikejar suara suci dimana orang orang akan mengabdi tanpa mengurus duniawi lagi, begitupun dengan diriku, menghabiskan lorong terakhir dengan lecet dikaki, ya lecet dikaki dibayar dengan recehan yang berkumpul untuk di sulap menjadi puluhan, rembulan sudah menampakan busuknya, waktunya pulang dengan menyusuri jalanan, nada-nada sumbang yang terjual murah "katanya" tidak sebegitu murah namun sangat berharga jika dilakukan dengan totalitas. musisi jalanan, ya kami adalah musisi jalanan, namun kami tidak murahan walaupun hanya recehan, tidak peduli berapaun hasilnya, namun pengalaman yang tidak terlupa untuk cerita dimasa tua.

-wedang jiwo-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar