Kamis, 02 Juni 2016

jalanan jakarta


JALANAN JAKARTA

Kereta melesat dengan syadhu meninggalkan kota kelahiran Surabaya menuju kota metropolitan katanya.  Tiba pukul 2 malam waktu Indonesia barat, bau aroma tubuh yang kurang sedap dikarenakan aktivitas 12 jam didalam kereta jayabaya, dengan menikmati aroma yang tak sebegitu segar seperti Surabaya, aku berjalan mengikuti arah anak panah menunjukan pintu keluar, di sambut hangat para pencari rejeki tuhan dengan menawarkan, bang ojek bang…, bang ojek,.. dengan gagah aku berucap tidak terima kasih sudah ada jemputan, bergaya bak anak desa masuk kota, menoleh kiri menoleh kanan focus pada ponsel mencari tau dimana temannku menjeput malam ini, tak jauh dari pertokohan dekat stasiun mereka menunggu dengan gumpulan asap rokok yang menarik hasrat untuk menikmatinya, sudah seperti lelaki yang menjalani LDR selama 12 jam, rokok ya menahan 12 jam, menyiksa batin untuk perokok aktif sepertiku, setelah membakar habis rokok ditangan kiri, saatnya menuju tempat tujuan, Jakarta malam hari jauh seperti kebanyakan orang bicarakan, berjalan lancer menikamati lampu warna warni pergedungan tinggi, dingin dan tak sabar untuk segera beristirahat menghabiskan malam.
                alarm suara ayam tak bergeming membangunkanku di pagi hari, hanya suara mesin pesawat yang membuatku membuka telinga dan bertanya seberapa dekat aku dengan mesin pesawat kali ini, jelas terkejut aku tinggal dirumah teman di kampong makasar berdekatan dengan ladasan terbang Halim perdana kusuma, seperti yang mereka bilang Jakarta pada malam hari sepi seperti Surabaya, baru membuka mati sudah dikejutkan berita bahwa semalam di dekat tempat tinggal terjadi bentrok antar warga, inilah Jakarta kota keras penuh dengan cerita.
                berniat menuju Kota Tua (KOTU), aku mengendarai motor bersama temanku, kami berenam berjalan seperti mana mestinya, pengalaman pertama berjalan menyusuri ibu kota dengan motor diatas kendaliku, klakson ketidaksabaran terus mencuat bagaikan sirine ambulance yang tidak pernah berhenti, teriakan kekesalan didalam mobil tampak jelas menghujam mukaku penuh kekesalan, apa yang salah aku pun tidak tau, apa karna gaya membawa motorku yang salah, temanku bilang “ini Jakarta bro bukan Surabaya”, semapat aku bertanya “apakah kamu sebagai warga betawi asli dianggap keberadaanmu? Mereka menjawab TIDAK” sungguh keras kota ini, kota macet, panas, penuh amarah, penuh dengan pemikiran bahwa disini kita dating untuk mencari uang, yang lemah akan mendapatkan bagian sedikit dari
rejeki yang didapat.
 


                Jakarta macet ya benar sekali, aku rasakan sedniri mobil melesat bagaikan motor bebek roda dua, belok kiri, belok kanan, klakson kiri, klakson kanan, hatam kiri, hatam kanan, keren bro ini Jakarta, perjalanan yang harus ditempuh selama 30 menit menjadi 90 menit, kunikamati perjalan kali ini, dengan perbedaan kota yang sangat jauh antara Surabaya dan Jakarta, busway, trans Jakarta berjajar rapi menunggu penumpang, eitss ada mobil dan motor di balik angkutan masyarakat, nekat juga demi memotong waktu perjalanan resiko nyawa tak di fikirkan kedua kali, serasa ku tenggelam dalam lambatnya motor yang aku pacu, aku tenggelam dalam tenang tak memperdulikan teriakan dalam mobil, klakson yang seperti sirine ambulance, perbedaaan ini membutuhkan adaptasi Aku rindu kampung halaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar